Kimia Organik, antara Suka dan Tidak Suka

•March 2, 2009 • Leave a Comment

Istilah Organik menyiratkan bahwa cabang ilmu kimia ini berkaitan dengan organisme, atau mahluk hidup. Semula, definisi tersebut memang benar. Bertahun-tahun yang lalu, kimiawan menghabiskan banyak waktu untuk mengekstraksi, memurnikan dan menganalisis zat dari hewan dan tumbuhan. Mereka termotivasi oleh keingintahuan tentang materi hidup dan juga oleh keinginan untuk memperoleh bahan obat-obatan, zat pewarna dan produk berguna lainnya dari alam.

Menjadi jelas bahwa sebagian besar senyawa dalam mahluk tak hidup seperti mineral sangat berbeda dalam beberapa segi dibandingkan dengan senyawa yang berasal dari hewan dan tumbuhan. Karbon, nitrogen, oksigen dan hidrogen banyak ditemui dalam materi hidup, dan kadang-kadang sulfur dan posfor. Pada dasarnya karbon selalu ada. Fakta ini memunculkan definisi baru bahwa pada dasarnya Kimia Organik adalah kimia mengenai senyawa karbon. Definisi ini memperluas ruang lingkup kimia, tidak saja meliputi senyawa dari alam, tetapi juga sintetik, yaitu senyawa yang direkacipta oleh kimiawan organik dan dibuat di laboratorium mereka.

Kimiawan dulu berpikir bahwa senyawa organik tidak bisa disintesis karena mereka yakin bahwa senyawa yang berasal dari mahluk hidup mempunyai gaya vital (vital force) atau dibahasakan dalam bahasa awam adalah ‘gaya gaib’ yang membuat hidup. Paham seperti ini hidup ratusan tahun lalu dan disebut sebagai vitalisme. Pemahaman ini buyar ketika secara tidak sengaja kimiawan Jerman Friedrich Woehler menemukan cara membuat urea (senyawa yang terdapat dalam urine) dengan memanaskan zat anorganik (atau mineral) amonium sianat. Ia sangat gembira dengan hasilnya, serta merta menyurati gurunya, kimiawan Swedia Jacob Berzellius salah seorang yang menolak teori vitalisme, tulisnya: “saya dapat membuat urea tanpa memerlukan ginjal, bahkan tanpa hewan sekalipun, baik manusia atau anjing.” Percobaan ini dan percobaan serupa lainnya perlahan-lahan mematahkan teori gaya vital dan membuka jalan bagi kimia organik sintetik modern.

Dan apa pula sintesis itu? Sintesis biasanya terdiri atas penyatuan beberapa molekul yang mengandung molekul relatif sederhana dan kecil membentuk molekul yang lebih rumit dan lebih besar. Nah, bagaimana caranya? Untuk membuat susunan atom yang lebih banyak dari bahan atom yang lebih sedikit, artinya kita harus tahu cara memecah ikatan atom dan bagaimana menyusunnya kembali. Oleh karena itu, syaratnya adalah kita harus tahu tentang ikatan kimia. Pembuatan urea oleh Wohler memang kebetulan, tapi sintesis jauh lebih efektif jika dikerjakan dengan cara terkendali dan rasional, sehingga ketika semua atom sudah disusun, atom-atom tersebut akan tertaut satu sama lain dengan cara yang benar dan menghasilkan produk yang diinginkan. Pemutusan dan penyatuan atom berlangsung selama reaksi kimia. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa mempelajari Kimia Organik adalah mempelajari banyak reaksi yang dapat digunakan untuk membuat ikatan baru dan dengan demikian akan berguna bagi sintesis.

Saat ini jumlah senyawa organik yang telah disintesis dalam laboratorium penelitian jauh lebih banyak dibandingkan dengan jumlah yang diisolasi dari alam. Alasan kenapa mensintesis molekul begitu sangat penting adalah:

  1. Penting untuk mensintesis produk alam di Lab agar zat itu banyak tersedia dengan harga lebih murah dibandingkan jika senyawa itu harus diekstraksi dari sumber alamnya. Beberapa contoh senyawa yang dulu diisolasi dari alam tapi sekarang diproduksi secara sintetik adalah vitamin, asam amino, zat pewarna dan kamper.
  2. Menciptakan zat baru yang mungkin memiliki sifat baru dan berguna. Serat sintetik seperti nilon, misalnya, memiliki sifat lebih unggul daripada sutera, kapas atau rami. Kebanyakan obat tergolong sintetik (aspirin, ibuprofen, novocain).
  3. Kadang-kadang kimiawan organik mensintesis senyawa baru untuk menguji teori kimia.

Berdasarkan pemaparan diatas, sedikitnya dapat membuka pandangan mengenai kimia organik sehingga para kimiawan bisa berpikir dua kali menjadikan Kimia Organik sebagai ‘kokojo’. Juga untuk mahasiswa yang akan melakukan tugas akhir, mana yang lebih mereka suka, anorganik, fisik atau organik? Ini bukan berarti para kimiawan harus memilih satu bidang saja, menurut saya sebaiknya semua bidang dapat dikuasai karena satu sama lain berkaitan. Tapi, dipikir-pikir kimia organik memang cukup emmhh… challenging alias ‘ngutrek’. (wd)

Maenan Petinggi Indonesia (Maen Yoyo)

•February 9, 2009 • 1 Comment

Perang Analogi Awal Mulanya
Saling menyerang antar lawan adalah biasa. Memang itulah hukum alamnya dalam sebuah pertarungan. Seperti dalam tinju, setiap petarung berlomba melancarkan jab, hook atau uppercut ke perut, ulu hati mapun dagu masing-masing, yang tidak mungkin tidak akan berhasil mengucurkan darah atau merontokan gigi depan. Begitu pula dalam percaturan politik, para petinggi bertarung dengan ‘hook, uppercut, jab’-nya masing-masing. Tentunya tidak sedenotatif pada ring tinju, lebih halus. Media massa tentu sebagai arenanya.  

 

Sedang hangat diberitakan, tentang komentar Mantan Presiden Megawati mengenai kebijakan pemerintah sekarang yang menaik-turunkan harga BBM, Mega menyebutkan bahwa seakan-akan rakyat dijadikan mainan yo-yo. Yang segera dibalas oleh pemerintahan SBY dengan jurus ‘gasing’; pemerintahan ‘gasing hanya berputar di tempat, cenderung melubangi hingga merusak.  Begitulah kira-kira saling ‘nyela’ ala para petinggi. Tidak jauh berbeda juga dengan kita-kita, kaum pandir yang terbatas otaknya ini.

 

Sebenarnya, saya tidak ambil pusing mengenai ‘perang analogi’ ini. Yang membuat saya tertarik adalah kenapa Megawati tiba-tiba teringat yo-yo? Kenapa tidak menggunakan istilah “panjat pinang”? Menurut saya, sama-sama merefleksikan kondisi naik-turun. Dilihat dari segi historisnya, lebih meng-Indonesia panjat pinang, yang jelas-jelas memanjat pohon pinang adalah ritual rakyat saat tujuhbelasan. Mari kita sedikit telaah mengenai mainan yo-yo ini. Biar semua pihak yang penasaran -seperti saya- akan terpuaskan (baca: curiousity can kill, not just a cat).

 

Asal Muasal

Konon katanya, sebagian besar orang percaya permainan ini berasal dari China, tetapi sebetulnya permainan ini telah ditemukan di Yunani 500 tahun sebelum Masehi. Mainan purba ini dibuat dari kayu, logam atau tanah liat (lempung) yang dilukis. Dulu dikenal dengan nama piringan saja, karena bentuknya memang pipih, tidak setebal dan sebulat sekarang. Kebiasaan di Yunani, ketika seorang anak laki-laki menjelang remaja, mereka bermain yo-yo untuk memuja para Dewa.

 

Sejarah lain yang penting menyebutkan bahwa pada abad ke 16 di Filipina. Para pemburu naik ke atas pohon dan mengikatkan batu pada tali panjang yang dapat dilemparkan dan ditarik kembali ke atas untuk menyerang binatang buas. Dari sinilah berkembang mainan yo-yo yang terkenal itu. Catatan lain menyebutkan pada tahun 1765 di India, ada kotak kayu berlukiskan seorang gadis berbaju merah yang sedang bermain yo-yo. Dalam kurun waktu 25 tahun kemudian, yo-yo merambah dari kawasan oriental ke Eropa, yaitu ke kalangan atas Skotlandia dan Perancis sampai Inggris. Sebagaimana perjalanannya, namanya pun mengalami perubahan.

 

Di Perancis, terdapat sebuah lukisan tertanggal tahun 1789 yang menggambarkan Raja Louis XVII kecil berusia empat tahun, memegang sebuah l’emigrette. Pada masa itu adalah saat Revolusi Perancis sedang terjadi dan dikenal dengan “Kekuasaan Teror”, sehingga banyak para aristokrat Perancis terpaksa berhijrah ke Jerman atau menyebrang ke daerah lain. Saat perjalanan hijrah tersebut, mereka mengadopsi permainan yo-yo dari para petani yang kala itu terbuat dari gelas dan gading. L’emigrette adalah sebutan orang Perancis yang berarti ‘meninggalkan negeri’. Nama lain untuk yo-yo pada masa itu adalah de Coblenz, nama sebuah kota tempat pelarian orang Perancis. Istilah-istilah ini merefleksikan hubungan historis yang penting antara permainan yo-yo ini dengan Revolusi Perancis.

  yoyo22

Fungsi permainan yo-yo sebagai penghilang stress terlihat dari cerita-cerita sejarah dibawah ini. Sementara mainan ini dijadikan trend oleh para bangsawan Perancis, bagi mereka yang kurang beruntung mengatakan mereka memainkan yo-yo untuk mengurangi ketegangan menuju penghukuman, papan guillotine. Tertanggal tahun 1780, ada gambar yang menunjukkan Jenderal Lafayette beserta para prajuritnya sedang mengayun-ayunkan yo-yo-nya. Yo-yo tiba di kota Paris pada tahun 1791 dan seketika menyebar dengan sebutan “joujou de Normandie”. Sebagian percaya bahwa istilah inilah akar dari sebutan yo-yo sekarang. Ketertarikan pada mainan ini terus berkembang sampai diadopsi pada sebuah drama berjudul “The Marriage of Figaro” pada tahun 1792 oleh dramawan Beaumarchais yang terkenal. Ada sebuah adegan dimana tokoh Figaro yang tengah gugup berusaha untuk menenangkan dirinya dengan bermain yo-yo alih-alih menggemeretakkan jari-jemarinya. Ketika ditanyakan kepada Figaro apa enaknya memainkan yo-yo dia menjawab “ini mainan yang bagus, dapat menghilangkan kepenatan pikiran”. Bahkan pada 18 Juni 1815 pada peperangan yang terkenal di Waterloo, Napoleon dan pasukannya sering terlihat memainkan yo-yo sebelum berperang. 

 yoyo31

Keranjingan yo-yo ini terus menyebar di seluruh Eropa melalui Inggris, Skotlandia dan Perancis. Orang Inggris menggunakan istilah bandalore untuk mainan ini. Pada tahun 1791, sebuah gambar menunjukkan Pangeran Wales (George IV), mengayunkan bandalore-nya. Yo-yo ini pun terkenal dengan sebutan ‘Mainan Pangeran Wales’ sehingga setiap orang merasa harus memilikinya. Popularitas yo-yo di Inggris makin terlihat pada akhir 1862 ketika sebuah lukisan menggambarkan dua orang gadis menakut-nakuti seorang wanita tua dengan yo-yo mereka.

Di Amerika, tercatat pada tahun1866 ketika dua orang laki-laki menerima hak paten untuk penemuan mereka yaitu ‘bandalore yang diimprovisasi’. Satu tahun kemudian, imigran Jerman Charles Kirchof mematenkan dan memproduksi yo-yo. Sejak saat itu sampai tahun 1911, SAS (Scientific American Supplement) mempublikasikan sebuah artikel berjudul “Filipino Toys” yang kemudian dikenal dengan nama yo-yo sampai sekarang. Sebagian orang menerjemahkan kata Filipina ini sebagai ‘datang-datang’ atau ‘kembali’. 

Sementara itu, kembali ke Filipina, penduduk disana semakin ahli dalam membuat dan menggunakan mainan tersebut. Mereka menjadi pemahat kayu dan pemain yo-yo yang ulung sejak anak-anak. Tidak mengejutkan jika pada tahun 1920 seorang bernama Pedro Flores mebawa mainan ini ke Amerika dan pada tahun 1928 membuka perusahaan yo-yo di California.  Pada tahun 1946 seorang pengusaha bernama Donald F. Duncan Sr. tertarik pada yo-yo buatan Flores ini, sehingga ide dan perusahaan Pedro Flores ini dibeli olehnya. Mulai dari saat itulah yo-yo menjadi bisnis mainan besar dan menguntungkan. Kemudian perusahaan Duncan pindah dari California ke kota Luck di Wisconsin yang kemudian dikenal menjadi “Ibukota-nya Yo-yo” dimana yo-yo diproduksi sebanyak 3600 buah per jam. 

 

Kembali ke Perang Analogi

Setelah melihat sejarahnya yang cukup detail, Megawati agak kurang tepat menggunakan istilah yo-yo untuk kebijakan pemerintah SBY. Mainan ini berkesan positif, dilihat dari nilai historis dan fungsinya. Dimainkan oleh para Raja, Jenderal Perang, Pangeran, Dramawan yang merambah dari tahun 500 SM sampai pada tahun 1950-an produksi yo-yo dikelola secara profesional dimana produksinya mencapai 3600 buah per jam. Begitu mendunia, begitu massal, begitu noble. Banyak istilah lain yang bisa digunakan untuk kondisi ‘naik-turun’ ini, tetapi semuanya kembali pada Sang Komentator. Mungkin, analisa simpelnya adalah makna mainannya. Bukan yoyo-nya. Mega secara tidak langsung ingin menegaskan bahwa rakyat adalah mainan bagi pemerintahan sekarang. Inilah kenapa Mega memilih yo-yo alih-alih katrol, timba sumur atau gadget lain yang lebih serius fungsinya. Lalu bagaimana pula dengan Gasing???  😀

 

ps. bila ingin membaca sejarah yo-yo lebih lengkap http://www.spintastics.com/HistoryOfYoYo.asp

Samurai

•June 30, 2008 • Leave a Comment

Membaca buku Samurai karya Takashi Matsuoka cukup memberikan gambaran banyak tentang Samurai. Samurai merupakan kata yang diturunkan dari bahasa Jepang klasik yaitu Samorau yang berubah menjadi Saborau yang berarti ‘melayani’; oleh karenanya seorang Saborau adalah seorang pelayan, pelayan seorang Tuan. Walaupun tidak menutup kemungkinan bagi para Samurai itu untuk tidak mempunyai Tuan, istilah bagi Samurai seperti ini adalah Ronin. Pada zaman Edo istilah yang lebih umum digunakan adalah Samurai. Pada zaman inilah pengaruh seorang Samurai sangat tinggi dalam bidang politik, kasta mereka ada di tingkatan teratas. Mereka bisa menjadi anggota dewan, birokrat dan tenaga administrasi alih-alih sebagai prajurit untuk berperang. Setelah tidak ada lagi perang sejak awal abad 17, pada masa ini Samurai kehilangan fungsi kemiliterannya sehingga wakizashi dan katana hanya berupa sebuah simbol status.

Filsafat Budha, Zen, Confusius dan Sinto mempengaruhi prinsip etis para Samurai. Meditasi Zen penting untuk proses menenangkan pikiran. Konsep reinkarnasi dalam Budha telah mengabaikan rasa sakit dan takut akan kematian. Yang paling menonjol adalah filosofi Konfusius yang mempengaruhi hubungan antara seorang Samurai dengan tuannya. Dalam kedua novel Takashi, terceritakan bahwa para samurai tidak pernah punya inisiatif -kecuali untuk membunuh- hal ini menunjukkan betapa mereka setia terhadap tuannya, sehingga memperlihatkan bahwa tuannya bodoh pun enggan. Kedisiplinan dan etika keseharian yang penuh oleh ‘adat-adat kehormatan’ juga dipegang teguh oleh mereka. Genji Okumichi, Tokoh Bangsawan Agung yang progresif di zaman Edo, mengatakan bahwa produksi terbesar Jepang adalah bungkukan, bungkukan dan bungkukan, itulah kenapa Jepang tertinggal dari negara-negara Eropa.

Aturan lain yang paling sakral adalah ritual seppuku (bunuh diri) dimana mereka mendapatkan kembali kehormatan setelah mengalami kekalahan melalui kematian. Ritual ini wajib dilaksanakan kecuali ada pertanda-pertanda alam yang berusaha untuk menghalangi, hal ini diartikan para dewa menolak. Seperti dalam Jembatan Musim Gugur, leluhur Okumichi, Lord Hironobu dan ibunya Lady Kiyomi yang batal memotong leher diri sendiri.

Pada zaman Tokugawa, etika samurai dideklarasikan lebih jelas secara tertulis dalam Bushido (jalan hidup prajurit). Hal ini menyebabkan para samurai dapat dikontrol dengan mudah sehingga Tokugawa tetap berkuasa. Tetapi berhubung kesetiaan merupakan prinsip etis mereka yang utama, sehingga para samurai tidak banyak mengutarakan keberatan sampai Jepang tunduk pada cara-cara barat dan secara berangsur-angsur tradisi Samurai ini meluruh.

Peluruhan budaya samurai ini diangkat menjadi bagian cerita novel Takashi yang mengisahkan samurai klan Okumichi yang hidup di penghujung zaman Edo. Tepat saat ekspansi dari dunia luar memasuki Jepang. Dalam Kebingungan antara memilih meriam dan senapan alih-alih katana. Saat-saat akhir para samurai yang hidup antara mempertahankan hakikat dan martabat kesamuraian atau takluk tak berdaya pada pengaruh asing. Cukup disayangkan jika membaca novel ini hanya sekedar memindai, semua detil cerita dalam novel ini perlu divisualisasi baris per baris. Sangat elegan, mewah dan misterius.

33

•June 19, 2008 • Leave a Comment

I’m gettin’ tired of this s#*t
I think i need some new beat
I’ve ruined my future
by watching some creature
I need a new rhytm
just to keep me calm
I need some new string
to keep me alive from drowning
and also gimme the light
to be my only guide
wrap it up in a mic
so i can sing it right

Dan Brown, seorang Peneliti yang kebetulan Penulis

•June 4, 2008 • Leave a Comment

Saya penggemar fiksi thriller, khususnya genre legal, techno dan scientific. Bacaan sejenis ini dapat dengan mudah kita temui di jajaran buku sastra popular -best seller- jaman sekarang. Legal thriller akan kita temukan pada karya-karya Grisham, sedangkan untuk techno dan scientific, kita dapat menikmati karya Dan Brown, penulis yang melejit gara-gara Da Vinci Code.

Karakter Brown yang menggilai kriftografi dan kode memungkinkan Brown membawa tema berbau ‘rahasia’ ke dalam tulisannya. Hal ini diperkuat lagi dengan tambahan tema ‘anti dan kontra’ dalam beberapa novelnya. Novel terlarisnya, Da Vinci Code, walaupun isinya menunjukkan sikap anti-kristen, tetapi justru bukunya merupakan cerita motivator yang dipergunakan sebagai katalis introspeksi, eksplorasi dalam diskusi dan debat religi. Begitu juga dalam novelnya yang lain, Digital Fortress (DF) dan Deception Point (DP), menunjukkan sikap anti-Amerika, tapi lagi-lagi dampaknya merupakan kebalikannya. Beberapa teman saya yang membaca buku-buku diatas merasakan hal yang sama, bukannya terperdaya alih-alih mengagumi betapa hebatnya pemerintahan Amerika. Brown memang HUMAS jempolan untuk pemerintahan Amerika.

Cuma sayangnya, dalam cerita DF dan DP ini, saya menemukan banyak sekali persamaan, mirip malah, padahal tahun penerbitannya terpaut enam tahun. Tapi hal ini tidak menutup kemungkinan kalau Brown menulis dua buku pada saat yang sama. Stephen King pernah memberitahukan hal seperti ini dalam novelnya, Bag of Bones. Dilatarbelakangi oleh dunia musik, Brown yang pernah menjadi pencipta lagu pada awal karirnya -menurut saya- sangat memungkinkan bila dia terbiasa menulis hal yang sama berulang-ulang. Ketika seseorang menciptakan lagu -dengan keterbatasan not dan inspirasi- pasti mereka hanya tertarik untuk menulis lagu dari genre yang sama kan? Ingat saja lagu-lagu Rod Stewart atau Kahitna, hampir semua terdengar sama. Mungkin hal inilah yang menyebabkan Brown seperti itu. 

Ketertarikannya terhadap sains-lah yang sangat menonjol darinya. Brown bukan seorang scientist, dia seorang guru Bahasa Inggris yang mempunyai hobi bermusik. Tetapi kemauan untuk risetnya menandingi para alumni Ilmu Murni atau Engineering sekalipun. Ilmuwan mana yang bersedia mengorek-ngorek tentang Anti-Materi, Riset Vatikan, Chrondules, Produk NASA, Struktur Kutub dan lapisan es, Illuminati, Kriftografi dan Politik sekaligus? Riset dalam berbagai bahasa yang berbeda pula? Ketertarikannya tentang ilmu pengetahuan-lah (dibahasakan oleh Ian Cadwell dan Dustin Thomason sebagai ‘observasi’) yang harus dicontoh oleh para pembacanya yang berniat menjadi penulis (atau penulis-penulis lain). Sehingga betul-betul menghasilkan karya tulis yang berisi dan tidak asal ketik.

Tapi ingat, The Wise Old Man pernah bilang: ‘Mencuplik dari satu sumber adalah Plagiarism, tapi mencuplik dari berbagai sumber adalah Riset’ , saya kira inilah rahasianya Dan Brown.

•May 30, 2008 • Leave a Comment

Bandung Hujan Es

•May 13, 2008 • Leave a Comment

Waktu akhir Maret kemarin, Bandung dihebohkan dengan fenomena hujan es. Hujan es yang hanya terjadi di kawasan tengah kota Bandung ini menimbulkan banyak pertanyaan. Banyak orang mempelesetkan fenomena ini sebagai ‘hujan yang terjadi karena kurang amal-amalan’. Mari kita tilik apa penyebabnya dengan sudut pandang yang lebih ilmiah. Continue reading ‘Bandung Hujan Es’

Poetry

•May 6, 2008 • Leave a Comment
By Emily Dickenson

A DOOR just opened on a street
I, lost, was passing by
An instant’s width of warmth disclosed,
And wealth, and company.

The door as sudden shut, and I,
I, lost, was passing by,
Lost doubly, but by contrast most,
Enlightening misery…

Puisi untuk Kartini

•April 22, 2008 • Leave a Comment
Ditulis dan dibacakan oleh Bunda Saskia dalam rangka peringatan Hari Kartini Rotary Club April 22, 2008

 

 

 

Ketika kami kini berdiri disini

Ketika kami wanita Indonesia yang berpendidikan, berkarya dan berkeluarga… 

berbahagia dalam memilih, melangkah dan memutuskan masa depan dan cita-citanya ….

Kodratnya sebagai wanita dan rasa hormat pada budaya dan kewajibannya,

Memperindah wanita Indonesia ini dalam menjalankan tanggung jawabnya…

Sebagai wanita, sebagai isteri, sebagai ibu dan sebagai dirinya sendiri yang  menjaga martabatnya

Kini kami adalah banyak …

Dari hanya beberapa pahlawan pendidikan dan pejuang untuk wanita Indonesia pendahulunya…

Wanita-wanita  pendahulu yang tangguh, santun dalam bermasyarakat  dan bertutur,

menapakkan kaki-kakinya pada jalan-jalan yang masih berbatu dan terjal,

mengulurkan tangannya,

membagi pengetahuan dan adabnya, kepada anak serta cucu, buyut dan canggah wanitanya…

seraya berkata:

“Cah Ayu, Neng Geulis, Nak Daro nan elok, Nona Manis, seraplah ilmu sebanyak-banyaknya, amalkan sebaik-baiknya, raihlah cita-citamu, sesuai dengan fitrahmu…”

Kartini adalah salah satu dari beberapa pahlawan pendidikan untuk wanita Indonesia

Putri bangsawan yang tahu betul menggunakan kesempatannya sebagai anak Bupati Jepara

yang berbahasa internasional, merambah dunia manca untuk bertukar pendapat,

menyerap, memilah dan menyaring pengetahuan yang baik dari kawan-kawan pena Belandanya,

yang dikemudian hari menjadi kuntum bunga pendidikan keputrian Indonesia,

memanjangkan masa sekolah wanita Indonesia sampai setinggi yang mereka mau…

Kartini…… pendekar pendidikan keputrian Indonesia, pendekar yang patut dipanut wanita Indonesia,

dimana kita tidak perlu bertanya pada jaman mana wanita sebaiknya hidup, jaman Kartini kah atau jaman sekarang kah?

Karena  kedua jaman itu mempunyai arti yang sama baiknya bagi wanita Indonesia,

yang terdahulu adalah yang yang membentuk adab wanita Indonesia dan yang sekarang adalah

yang membentuk keseimbangan jiwa dan kehidupan wanita Indonesia sehingga mereka selalu

berbahagia dalam batin dan lahirnya…

 

(untuk Kartini, Dewi Sartika, Maria Tiahahu, Cut Nya’ Dien)

 

p.s. :

Penulisnya -Bunda- adalah sosok Kartini jaman sekarang; tangguh, berkarya, berpikiran terbuka, penerang pengetahuan bagi lingkungan sekitarnya, tetapi tetap tidak lupa menjadi wanita, isteri dan Bunda bagi semua orang. Luv, Bun…

Hari Bumi, 22 April 2008

•April 21, 2008 • Leave a Comment

Untuk memperingati Hari Bumi, mari kita lakukan sesuatu. Tidak perlu memikirkan hal-hal yang terlalu besar dan diluar kemampuan. Mulailah dari hal-hal kecil dan sehari-hari kita lakukan.

Berikut adalah hal-hal yang dapat kita lakukan dalam rangka melindungi kesehatan dari perubahan iklim, dari A-Z disarikan dari brosur yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan RI dari WHO.

Act Now. Bertindaklah dari sekarang.

Buy Energy efficient appliances. Gunakan perangkat rumah tangga yang hemat energi.

Calculate your personal footprint, and cut your green house emissions.

Debate, discuss, and distribute leaflets, brochures and posters on climate change and environmental health issues.

Enjoy the sun! Nikmati matahari. Gunakan panel surya untuk air panas.

Fridge. Jangan biarkan pintu lemari es terbuka lama.

Go Green! Terapkan falsafah hijau. Gunakan berbagai perangkat yang ramah lingkungan.

Half your emissions. Kurangi emisi anda hingga separuhnya.

Involve your family, friends, children and neighbours! Libatkan teman, keluarga, dan lingkungan untuk menyebarkan kampanye lingkungan.

Join an evironmental group. Bergabunglah dengan suatu kelompok lingkungan. Cari tahu aksi apa saja yang dilakukan oleh kelompok lingkungan di sekitar anda atau bentuklah kelompok baru!

Lamps. Ganti bola lampu yang anda gunakan dengan bola lampu neon hemat energi.

Minimize. Kurangi penggunaan bahan kimia beracun. Gunakan bahan-bahan untuk cat, pembersih, dan pengusir hama yang tidak beracun atau dapat dihancurkan (bio-degradable).

Network. Jalin jejaring dengan lembaga khusus yang peduli masalah lingkungan.

Off! Matikan perangkat elektronik yang tidak digunakan, seperti TV, AC, video dan komputer.

Plant trees. Tanamlah pohon.

Quit Plastic bags. Berhentilah menggunakan kantong plastik. Gunakan kantong yang dibawa sendiri.

Recycle, repair, and re-use materials.

Save paper. Hematlah kertas yang digunakan. Cetaklah dokumen bolak-balik sehingga anda menghemat lebih banyak kertas.

Travel smart. Bijaksanalah bepergian. Kurangi bepergian dengan pesawat udara. Bepergian dengan pesawat udara berkontribusi secara signifikan pada emisi karbondioksida.

Use less energy and converse more of it. Gunakan lebih sedikit energi dan berhematlah lebih banyak. Jangan menghamburkan air.

Value waste. Jangan membuang sampah sembarangan. Pisahkan sampah yang dapat didaur ulang, dan sebisa mungkin gunakan sampah organik untuk membuat kompos.

Write letters about health impact of climate change to the local newspaper. Sebarkan informasi tentang dampak perubahan iklim.

X-press your concerns on environmental health issues and solutions and stay informed. Nyatakan kepedulian anda.

Your president, prime minister, parliamentarian or local leader needs to know about the impact of climate change on health.

Zoom in reducing emissions.